Miris, 5 Karya Anak Bangsa yang Tidak Jadi Mendunia Akibat Kesalahan Pemerintah

Ikhwan June 26, 2018

Namanya anak muda, pastinya selalu punya keinginan untuk membuat inovasi-inovasi baru. Ya, keinginan untuk membuat dan menciptakan sesuatu pada masa itu tidak bisa dihentikan. Contohnya saja Mark Zukerberg, anak muda itu sudah membuat perubahan besar pada dunia karena karyanya. Dan ya, kini dia benar-benar menjadi orang yang berhasil berkat penemuannya.

Bicara mengenai inovasi, anak muda Indonesia juga banyak membuat banyak hal-hal baru. Sayangnya, langkah mereka harus terganjal oleh berbagai faktor dari dalam negeri. Miris, mengingat karya mereka bisa saja bersaing di kancah international. Berikut merupakan ulasan mengenai para anak bangsa yang mimpinya harus dihancurkan oleh bangsanya sendiri.

Film Siti, Tidak Pernah Tayang di Bioskop

Film garapan Eddie Cahyono ini memenangkan banyak penghargaan baik dalam negeri maupun luar negeri. Salah satunya, menjadi film terbaik dalam ajang FFI tahun 2015. Tapi nasib dari film yang satu ini sangat miris, pasalnya sampai sekarang film ini tidak pernah tayang di bioskop. Film ini bercerita tentang seorang perempuan bernama Siti yang berjuang menghadapi kerasnya kehidupan karena suaminya yang mengalami cacat fisik saat bekerja.

Film Siti ini sangat mewakili kehidupan di zaman ini yang sangat keras dan penuh perjuangan. Lembaga Sensor Indonesia melarang beredarnya film Siti ini di Bioskop karena mengandung banyak adegan dewasa. Sayang sekali jika film dengan kualitas sebagus ini harus dicekal oleh pemerintah. Padahal sudah ada aturan batasan umur sehingga paling tidak dapat membatasi para penonton di bawah umur untuk menonton.

Arfian dan Arie, karena bukan sarjana karyanya dianggap remeh

Entah apa yang dipikirkan oleh pemerintah, karena hanya lulusan SMK, karya kakak beradik ini tidak dianggap di Indonesia. Padahal mereka dapat membuat sebuah desain sebuah komponen pesawat terbang yang diakui oleh dunia. Bahkan karya mereka telah mengalahkan lulusan Ph.D Swiss dan insinyur Oxford.
Uniknya mereka belajar masalah desain 3D ini hanya dengan otodidak. Masalahnya, sampai sekarang nama mereka hanya terdengar oleh beberapa orang saja. Jelas perlakukan tersebut sangat berbeda jika dibandingkan di luar negeri.

TV merek Maxreen yang harus dimusnahkan

Seperti halnya Arfian dan Arie, Kusrin belajar otodidak masalah membuat TV. Dimulai saat dia bekerja di sebuah reparasi Televisi. Lama kelamaan Kusrin mencoba merakit Televisinya sendiri. Alhasil jadilah sebuah TV bermerek Maxreen. TV tersebut dijual dengan harga yang sangat terjangkau untuk masyarakat. Namun yang terjadi malah produk buatan Kusni harus dimusnahkan.

Alasannya adalah pembuatan TV tersebut tidak sesuai dengan standar Indonesia. Hasilnya, TV Maxreen tidak lagi beredar di masyarakat. Bisa menjadi salah satu produsen TV saja sudah sangat hebat, apalagi untuk seorang yang mempelajarinya secara otodidak. Sayang sekali bila karya anak bangsa bertalenta seperti itu harus dimusnahkan. Untungnya, beberapa tahun yang lalu TV rakitan milik Kusrin ini mendapat sertifikat dan boleh untuk diperjualbelikan.

Mobil Listrik Selo, dikembangkan tetangga sebelah

Hanya karena tidak layak uji emisi, mobil rakitan anak bangsa harus gagal dipasarkan di Indonesia. Akibat tidak memenuhi standart yang ada di Indonesia, mobil ini hanya dianggap sebagai prototype gagal oleh pemerintah. Alhasil, mobil buatan Ricky Elson ini harus diakusisi oleh Malaysia.

Setelah gagal uji emisi, pihak Malaysia menawari Ricky Elson untuk mengembangkannya di negeri jiran. Sangat miris, pasalnya hasil karya anak bangsa ini harus tidak dianggap di negara ini malah diakusisi oleh tetangga sebelah kita.

Kompor Biomassa, sama sekali tidak terkenal di negeri sendiri

Seorang dosen fakultas MIPA di malang, membuat sebuah terobosan dengan menciptakan kompor biomassa. Kompor tersebut sangat ramah lingkungan bahkan mengeluarkan emisi lebih rendah dari yang ditetapkan oleh WHO. Dengan berbahan bakar kayu atau serabut kelapa sawit, nyala api kompor ini tidak kalah dengan kompor berbahan bakar minyak tanah.

Ditambah lagi, Kompor buatan Muhammad Nurhuda ini mengeluarkan bau yang harum dengan sedikit asap. Kompor biomassa sudah diproduksi massal di Norwegia dan beberapa negara lainnya. Tapi di Indonesia, kita sama sekali belum mendengarnya.

Itulah karya-karya anak bangsa yang tidak diindahkan oleh pemerintahnya sendiri. Padahal potensi mereka sangat besar bahkan bisa mengharumkan nama Indonesia sendiri. Mereka hanya butuh bimbingan dan pengakuan atas hasil karya yang mereka ciptakan. Bukannya malah dianggap karya yang gagal.

sumber : muslimoderat.net

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Berkomentarlah dengan sopan :) EmoticonEmoticon